Rabu, 15 Oktober 2014

Sosok Frans Karangan....

Selain Pong Tiku, kita menemukan pemuda lainnya yang tidak kalah bersejarahnya terhadap Toraja.. Beliau adalah Frans Karangan.

Frans Karangan merupakan pejuang Toraja pada jaman gerombolan. Jaman gerombolan adalah jaman pemberontakan setelah kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Selatan.

Singkat cerita, pemerontakan ini dipelopori oleh Kahar Muzakkar karena sakit hati terhadap TNI. Saat itu Frans Karangan adalah anggota TNI yang kemudian berjasa untuk menunmpas gerombolan DI/TII dari Tana Toraja.

Karena jasanya itu, dia bisa disejajarkan dengan pendahulunya yaitu Topada Tindo, yang juga berhasil mengusir tentara Bone dari bumi Lakipadada.

Sahabat, sebagai anak Toraja patutnya kita harus tahu dan tetap memelihara nilai-nilai perjuangan pemuda terdahulu kita seperti Pong Tiku, Frans Karangan, Pappang dan para pejuang lain yang telah mengangkat Toraja.


PONG TIKU

Siapa yang tidak tahu PONG TIKU? Minimal sahabat pasti pernah mendengarnya.. Jika sahabat berkunjung ke Toraja, pertama sahabat akan menemukan bandar udara bernama Bandar Udara Pong Tiku. Kemudian sahabat berjalan lagi ke arah kota Rantepao, di sana sahabat akan menemukan monumen patung Pong Tiku..

Patung yang berdiri tegak tersebut dikenal sebagai simbol keberanian dan perlawanan orang Toraja atas penjajah yang hendak datang dan merampas kemerdekaan orang Toraja.

Singkat cerita, Pong Tiku (Lahir Toraja 1846 ,Meninggal Rantepao Tanah Toraja 10 Juli 1907) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Pong Tiku sering juga dipanggil Nene Baso adalah pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan kolonialisme Belanda di Toraja.

Tentara Belanda pertama kali datang ke Toraja pada tahun 1906. Sekalipun perlawanan Pong Tiku dan kawan-kawan sangat heroik, Belanda kemudian menang melalui tipu muslihat yang berakhir dengan eksekusi Pong Tiku di tepi sungai di Sa’dan, Rantepao pada tahun 1907. Sekarang diatas tempat dihukum matinya Pong Tiku (terletak di Jalan Benteng Batu Rantepao) dibangun sebuah tugu peringatan/prasasti yang menceritakan perjuangan Pong Tiku.


Rabu, 08 Oktober 2014

TARI PAGELLU'



Suku Toraja memiliki tari tradisional yang dikenal dengan nama tari Pagellu’. Dari namanya saja sudah menunjukkan identitas  Toraja banget, sahabat.  Pagellu’ ini merupakan salah satu jenis tarian yang dipertunjukkan untuk mengekspresikan rasa suka cita.  Tarian ini biasanya dibawakan oleh beberapa para remaja  yang terdiri dari perempuan dan laki-laki, dengan pembagian tugas perempuan sebagai penari sedangkan laki-laki sebagai pemain alat musik gendang untuk mengiringi tarian ini. Penari yang disebut dengan ma’toding ini mengenakan busana adat toraja serta aksesori berbahan emas dan perak, seperti keris emas (sarapang bulawan), kandaure, sa’pi’ Ulu’, tali tarrung, dan lain-lain. Asal muasal tari pagellu’ ini dibawakan untuk penyambutan terhadap pahlawan yang pulang dari medan perang. Namun sekarang, tarian ini sudah sering dipertunjukkan pada upacara kegembiraan lainnya, seperti pesta pernikahan, pesta syukuran di musim panen, atau saat menyambut tamu kehormatan.  Yang menarik, saat tarian ini ditarikan, penonton bisa menghampiri penari untuk menyelipkan uang di antara hiasan yang dipakaikan di kepala para penari. 


  video source: www.youtube.com

Selasa, 07 Oktober 2014

RUMAH ADAT TONGKONAN


          Jika berkunjung ke Toraja, yang pertama menarik perhatian sahabat ialah rumah adatnya yang sangat cantik. Rumah adat Toraja dikenal dengan nama TONGKONAN, berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan juga mempunyai berbagai sejarah dan cerita lho, sahabat.. Asal mula Tongkonan sendiri merupakan rumah yang khusus dihuni kaum bangsawan Suku Toraja. Oleh karena arsitekturnya yang menarik, Tongkonan kemudian dinobatkan sebagai rumah adat Toraja. Banyak yang menarik dari Tongkonan ini, salah satunya pada bentuknya yang unik, tata letak yang apik, serta ukiran di sekujur bagian rumah yang menarik. Secara umum, Tongkonan ini dikategorikan sebagai rumah panggung yang terbuat dari kayu. Di depan Tongkonan terdapat lumbung padi (tempat untuk menyimpan padi), yang disebut ‘alang‘. 

Untuk Tongkonan, ada hal yang mengikat dan tak boleh dilanggar ialah  rumah dibangun haruslah menghadap ke utara. Utara merupakan arah yang penting bagi rumah adat Tongkonan dan masyarakat Tana Toraja. Oleh sebab itu semua rumah Tongkonan wajib menghadap ke utara. Utara dan ujung atap yang berdiri berjejer mengarah ke utara merupakan lambang bahwa leluhur mereka berasal dari utara dan di waktunya nanti mereka akan berkumpul kembali di utara. 



Tidak hanya itu sahabat, Kepala kerbau tak bisa dipisahkan dari rumah adat tongkonan. Kepala kerbau menjadi ciri khas dari rumah Tongkonan. Kepala kerbau tersebut ditempel di depan rumah dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang utama di depan setiap rumah. Keunikan lain yang terdapat di rumah Tongkonan ialah tidak digunakannya unsur logam (seperti paku) dalam pembuatan Tongkonan. Rumah adat Tongkonan akan terus dibangun dan didekorasi ulang oleh masyarakat Toraja.

Rumah Adat Toraja ini memang dahulu dihuni oleh bangsawan saja. Namun saat ini, bukan hal yang mustahil menjumpai rumah Tongkonan ini dimiliki dan dihuni masyarakat biasa. Mereka yang jatuh cinta pada keunikan Toraja juga dapat membangun rumah Tongkonan ini, bahkan hingga dibawa sampai ke daerah perantauan mereka.


PETA TANA TORAJA